Sabtu, 29 Agustus 2020

Mengapa kau berubah? 
Mengapa kau telah berbeda? 
Jika cinta tak kekal abadi, mengapa melukisnya indah, mengapa bercerita bahagia
Yang akhirnya kau sendiri tak mampu menggenggamnya? 
Mengapa kemarin kau bagai kilat akan pintaku, bagai mentari bagi hariku, bagai rembulan bagi malam ku, bagai air dalam amarahku, bagai sutra akan kasar ku
Mengapa berubah? 
Atau aku terlalu naif mengartikan cinta
Atau aku terjebak dalam harapan cinta yang semestinya harus berwujud
Yang pada ujungnya manis-manis didepan dan pahit-pahit dibelakang

Selasa, 25 Agustus 2020

Usia termakan waktu
Jejak terhapus tiupan angin
Namun hingga kini masih menjadi ambigu
Walau sudah menghabiskan waktu
Tak berakar, tak bercabang, apalagi berbuah
Ironisnya masih menjadi mahluk yang hidup

Menoleh kiri terkagum akan kejayaan orang
Menolah kanan takjub kemegahan mereka, 
Duduk di singgahsana dan bertahta bak raja
Tak merasa panas trik, dan dinginnya salju

Ingin berteriak pada diri, jangan iri atau merasa gundah
Hayat masih dikandung badan, meski "dipanggil" tak ada yang tahu
Melangkah lah dengan iman, berlari dalam pengharapan, dan mencapai oleh kemurahan ilahi

Peluk diri dengan erat, mempercayainya dengan tulus, 
Tak perlu menimbang atau menakar mesti sama seperti kawanan disana
Menjadi utuh lebih bermakna menjalani hidup




Senin, 24 Agustus 2020

Begitu manis nan elok rupawan, 
Menyapa dan senyum dengan penuh asmara
Tatapan mata penuh dengan makna
Akhirnya ungkapan rasa terucap
Yang katanya dari lubuk hati terdalam, 

Menjalin cinta penuh tawa, 
Inginkan mu, bersamamu, dan tak ingin terpisah kan untuk selamanya sekali pun maut menghampiri, katanya

Terhanyut dalam rayuan belaka,
Terbuai buai dari setiap bait baitnya
Seolah, langit terbuka menujukan kemegahannya, 
Huwaaaahhhhh..gumam si manis
kini berasa ialah mahkluk terbahagia, 
Memiliki sang kekasih

Waktu pun berputar meski melamban
Kini rasa tak semanis dan seindah dahulu
Merubah kisah yang tak lagi hanya canda tawa, tapi amarah, tangis dan pilu menghampiri Tahtanya, 

Cinta menjelma menjadi benci
Rasa mujur sebab memiliki nya berubah penyesalan yang teramat dalam karenanya
Akhirnya berjalan pada dunia yang berbeda

Begitulah kisah dalam perjalanan  cinta,
Andai mampu memporsikan kasih
Andai mampu mengendalikan hasrat
Sudah pasti tak merasakan sesakit ini 




Jumat, 21 Agustus 2020

Didalam hati didalam diam
Berperan palsu bahwa tak merindu
Tak ingin melihat, tak ingin mendengar
Tentang kau yang berada disana

Walau... 
Satu hari saja, terasa begitu berat seolah
Telah seabad pula kita menjauh, membisu
Bila lukisan saja butuh waktu untuk memudar
Apalagi rasa ini, yang sudah mengendap

Jikalau engkau adalah mentari, 
Biarlah aku menjadi bumi, walau berjarak
Setidaknya mereka bersama dan bertemu
Mengisi putaran waktu, melahirkan hari demi hari

Namun, 
Angan n kenangan
Merela dan ikhlas, 
Seperti utara dan selatan
Keduanya tak pernah bertemu apalagi bersatu

Begitu lah cinta yang harus menghilangkan
Menghapus jejak jejak langkah, 
Menghalau bayangan bayangan 
Dan izinkan waktu melahap kisah lampau
Mengkikis rasa demi rasa

Dan kita hidup kembali dalam bumi yang baru, 
Tanpa luka diantara kita, 


Kamis, 20 Agustus 2020

jangan mencinta

Mencintai dunia
Akan menggapai luka
Menggegamnya erat
Akan kehilangan
Akhirnya..... 
Tegalam bersama isakan nestapa 
Diiringi lantuman jakrik bersama bintang

Biarlah hati merana sesaat
Melepas cinta yang teramat dalam
Biarlah jiwa terguncang sesaat
Membuang luka-luka yang tergantung didinding hati


Cintailah keabadian, 
Akhirnya menggapai kekekalan
Cintailah Tuhan segenap hati, jiwa, raga
Akhirnya Tak pernah mengenal apa itu "sakit"

Wahai jiwa...  Mendekatlah pada yang Maha Esa Jangan ikuti jejak yang akan binasa Waktu itu bagai uap Mudah lenyap sekedip saja Jika teringa...